Selasa, 10 Januari 2012

MAKALAH PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF

BAB I PENDAHULUAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian. Di dalam penelitian terdapat model-model penelitian, yaitu penelitian secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi. Sedangkan kuantitatif BAB II PEMBAHASAN PENELITIAN KUALITATIF A. Pengertian Kualitatif Dalam penelitian ilmiah dikenal dua jenis penelitian yaitu penelitian dengan pendekatan kuantitatif atau penelitian kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan kualitatif atau penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual atau kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkapkan. Dan kedua, menggambarkan dan menjelaskan. Loncoln ang Guba melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa kenyataan itu bersifat jamak, peneliti dan yang diteliti bersifat interaksi, tidak bisa dipisahkan dan penelitian ini tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat serta melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Melalui pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita tentang dunia sekitar dan hal ini menetukan bagaimana kita berbuat. Pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori, bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistimologis, paradigma penelitian kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi. Dalam penelitian kualitatif, proses penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan hasil yang diperoleh. Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen (1982) adalah seperti berikut : 1. Dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. 3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk. 4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berabagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian secara mendetail. Berikut ini paradigma penelitian kualitatif, yaitu: 1. Fenomenalogi Fenomena adalah segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran manusia. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun berupa kenyataan. Fenomenologi berasal dari yunani kuno “fenomenon” suatu yang ditempuh, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia sering dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau gejala sesuatu yang menampakkan diri. (K. Bertens, 1981:109). Tokoh fenomenologi adalah Edmund Hussert (1859:1938) yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang dan manusia dapat mencapainya. Adapun inti pemikiran fenomenologi menurut Husser adalah bahwa kita harus memperkenalkan gejala dengan menggunakan intuisi, kenyataan atau realita, tidak harus didekati dengan argument, konsep dan teori umum. Istilah fenomenalogi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadarn dari perspektif pertama seseorang.Fenomenalogi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Ada beberapa ciri pokok fenomenalogi yang dilakukan oleh peneliti fenomenalogis yaitu: 1. Fenomenalogi cenderung mempertentangkannya dengan naturalisme yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme, yang telah berkembang sejak zaman Reaisans dalam ilmu pengetahuan medorn dan ternologi. 2. Secara pasti, fenomenalogis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, ‘Evidenz’ yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan mencakupi untuk sesuatu dari segi itu. 3. Fenomenalogis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya. Penelitian kualitatif cenderung berorientasi fenomenalogis, namun sebagian besar diantaranya tidak radikal, tetapi idealis pandangannya. Mereka memberi tekanan pada segi subjektif, tetapi mereka tidak perlu mendesak atau bertentangan dengan pandangan orang yang mampu menolak tindakan itu. Sebagai gambaran diberikan contoh, misalnya guru mungkin percaya bahwa ia dapat berjalan menembus dinding batu-bata, tetapi untuk mencapainya memerlukan pemikiran. Sebagai bidang filsafat modern, fenomenologi meyelidiki pengalaman kesadaran, yang berkaitan dengan pertanyaan seperti : bagaimana pembagian antara subjek (ego) dengan obbjek (dunia) muncul dan bagaimana suatu hal di dunia ini bisa diklasifikasikan. Sejak para peneliti sejarah lebih banyak mendalami kesadaran para pelaku ssejarah (maupun kesadaran dirinya), beberapa ahli sejarah kemudian berbalik ke metode fenomenologis yang ternyata banyak membantu mereka. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya berasal dari Weber yang memberi tekanan pada verstehen, yaitu pengertian interpretative terhadap pemahaman manusia. Enomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang di teliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologis memulia dengan diam. Diam merupakan tidakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang ditelii yang di tekankan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. 2. Induktif Berpikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik, lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain, induktif adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif, Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan: 1. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. 2. Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dam akuntabel. 3. Analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. 4. Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. 5. Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Penelitian terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data di dalam penelitian kualitatif di lakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dengan demikian, temuan penelitian di lapangan yang kemudian di bentuk ke dalam bangunan teori, hukum, pria bukan dari teori yang telah ada, melainkan di kembangkan dari data lapangan (induktif). 3. Holistik Holistik adalah saduran kata dari bahasa inggris yaitu holistic yang menekankan pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagian-bagiannya. Jika kata holistik ini dipakai dalam rangka pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan maka mempunyai arti layanan yang diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual mendapat perhatian yang seimbang. Holistik adalah penelitian yang di lakukan bersifat menyeluruh. Penelitian kualitatif memandang bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting daripada satu –satu bagian. Karena itu berbagai masalah penelitian tidak di pandang saling terlepas. Berbagai variable penelitian tidak dapat di pelajari erpisah dari keterkaitan dalam kesatuan konteksnya. Karena itu, setiap variable akan memiliki makna yang utuh bila berada dalam kesatuannya, dan kesatuan lebih kaya dari sekadar jumlah makna kumpulan bagian-bagiannya. Di dalam konsep holistik ini tidak tidak terdapat hubungan linier, termasuk interaksi sebab-akibat dan saling keterbatasan, peneliti dapat memilih fokus sebelum penelitian dilakukan. 4. Subyektif Perspektif subyektif ini mempengaruhi persepsi dan tindakan penelitian dalam memperoleh kebenaran yang dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Deddy Mulyana (2003: 147-148), penelitian yang mengambil perspektif subjektif memiliki sembilan ciri sebagai berikut : a. Jika ditinjau dari sifat realitas, realitas komunikasi bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah), dikonstruksikan, dan holistik; kebenaran realitas bersifat relatif. b. Segi sifat manusia (komunikator atau peserta komunikasi): aktor (komunikator) bersifat aktif, kreatif, dan memiliki kemauan bebas; perilaku (komunikasi) secara internal dikendalikan oleh individu c. Sifat hubungan dalam dan mengenai realitas (komunikasi): semua entitas secara simultan saling mempengaruhi, sehingga peneliti tak mungkin membedakan sebab dari akibat. d. Hubungan antara peneliti dan subjek penelitian: setaraf, empati, akrab, interaktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan berjangka lama. e. Tujuan penelitian: menangani hal-hal bersifat khusus, bukan hanya perilaku terbuka, tetapi juga proses yang tak terucapkan, dengan sampel kecil/purposif; memahami peristiwa yang punya makna historis; menekankan perbedaan individu; mengembangkan hipotesis (teori) yang terikat oleh konteks dan waktu; membuat penilaian etis/estetis atas fenomena (komunikasi) spesifik. f. Metode penelitian: deskriptif (wawancara tak berstruktur/mendalam, pengamatan berperan-serta), analisis dokumen, studi kasus, studi historis-kritis, penafsiran sangat ditekankan alih-alih pengamatan objektif. g. Analisis: induktif; berkesinambungan sejak awal hingga akhir; mencari model, pola, atau tema. h. Kriteria kualitas penelitian: otentisitas, yakni sejauh mana temuan penelitian mencerminkan penghayatan subjek yang diteliti (komunikator). i. Peran nilai: nilai, etika, dan pilihan moral peneliti melekat dalam proses penelitian (pemilihan masalah penelitian, tujuan penelitian, paradigma, teori dan metode/teknik analisis yang digunakan, dsb.). 5. Berorientasi kepada proses Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Bogdan dan Biklen (1982:29) memberikan contoh seorang peneliti yang menelaah sikap guru terhadap jenis siswa tertentu. Peneliti mengamatinya dalam hubungan kegiatan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang sikap yang diteliti. Dengan kata lain, peranan proses dalam penelitian kualitatif besar sekali. Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan. Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation). Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian dari proses analisis itu dirumuskan suatu pernyataan teoritis. 6. Menggunakan Pandangan Ilmu Sosial/anthropological Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya. Pandangan masyarakat terhadap aspek yang kita teliti apakah bermanfaat terhadap masyarakat atau tidak. Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah, bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi. Penelitian kualitatif, fokus perhatiannya pada proses interaksi dan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya itu sendiri, bukan pada variabel-variabel. Bahkan fokus penelitian dapat berubah pada waktu di lapangan setelah melihat kenyataan yang ada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif di antara teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi. Observasi tidak cukup apabila hanya diarahkan pada setting saja, tetapi justru yang pokok adalah proses terjadinya peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian itu sendiri. Demikian pula observasi tidak cukup dilakukan bersamaan dengan wawancara, tetapi observasi sebaiknya dilakukan tidak bersamaan dengan wawancara. Apabila observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara, maka tidak dapat terfokus pada hal-hal yang akan diobservasi. Walaupun memang ada perilaku yang dapat diobservasi pada waktu diadakan wawancara, namun mengenai perilaku tersebut belum dapat ditarik kesimpulan. Agar dapat ditarik kesimpulan maka hasil wawancara harus dilengkapi dan dicek dengan hasil observasi yang dilakukan secara khusus. Dengan observasi akan dapat diketahui tentang proses interaksi atau kejadian-kejadiannya sendiri. Atau dengan kata lain, dengan observasi terutama observasi langsung tidak hanya akan dapat menjawab pertanyaan tentang apa, tetapi juga bagaimana dan mengapa. Dengan diketahuinya tentang apa, bagaimana, dan mengapa, maka masalah akan dapat dipahami secara mendalam (verstehen). DAFTAR KEPUSTAKAAN Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Dinata, Syiqoh Sukma, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Kasiram, Moh. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, UIN Malang:2008. Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya , 2007. Mulyana, Deddy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.